Monday, May 5, 2014

SOSOK

SUSTER ELISABETHINE, PELESTARI BIBIT PEPOHONAN KAYU

Suster Elisabethine
   Bermodal keinginan agar tanaman dan pohon di hutan Kalimantan tidka punah, Suster Elisabethine berusaha memunguti benih - benih dan bibit tanaman dari hutan untuk dibudidayakan. Biarawati yang datang dari NTT ke Kalimantan Tengah pada tahun 1989 ini pun rela masuk - keluar hutan untuk mencari buah - buah ulin, bibit gaharu dan bibit agatis pada kurun 2001 - 2004. 

   Pencarian benih dan bibit dilakukan setelah memberi pendampingan iman bagi umat yang tinggal di daerah hulu Sungai Katingan, Kalimantan Tengah. Perlu diketahui bahwa perjuangan Suster Elisabethine tidaklah mudah. dirinya harus menumpang kapal kelotok menyusuri Sungai Katingan dengan tarif Rp. 50.000 - Rp.350.000. Suster Elisabethine juga harus menyusuri anak - anak sungai dan berjalan kaki sejauh 7 km - 10 km untuk mencari lokasi benih. Perjalanannya selama di hutan pun menghabiskan waktu seharian hingga pernah tidur di tepi sungai untuk emnanti siang.

   Usaha Suster Elisabethine dalam mengumpulkan dan membawa benih pepohonan justru ditertawakan sebagian teman, warga, dan penumpang perahu kelotok. Meski demikian, Elisabethine tetap teguh dan membawa benih - benih semampunya dan disemaikan di kebun sekitar biara Beata Maria Helena, Desa Telok, Kecamatan Katingan Tengah. Benih - benih tersebut telah banyak bertumbuh dan Elisabethine juga bermitra dengan pT. Sumber Bumi Sejahtera ( SBS ) Gaharu dalam budidaya pohon gaharu. 

   Elisabethine mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi di bidang pertanian maupun kehutanan. Dia berkarya dan belajar dari alam, berdiskusi dengan warga, juga membaca majalah dan buku tentang budi-daya tanaman. Elisabethine pun berkata " Biar saya tidak dapat melihat tanaman itu tumbeh besar dan menikmatinya, saya senang jika pohon - pohon itu dapat disaksikan dan dinikmati generasi mendatang"

Sumber : Kompas, 26 April 2014, halaman 16

No comments:

Post a Comment