PELAJAR TAWURAN LAGI
Tawuran di Bogor, 28/ 02/ 2014 |
Saya kira dengan banyaknya kasus tawuran yang telah
terjadi, pelajar semakin mengetahui konsekuensi akibat tawuran sehingga tidak
ingin melakukannya. Namun perkiraan saya salah. Ketika saya browsing di hp ayah
yang baru membuka laman detik.com, saya melihat kabar mengenai tawuran pelajar
yang baru saja terjadi.
Kalau mendengar berita tentang
tawuran, saya langsung teringat tentang pengalaman saya ketika SMA. Saya pernah
berada ditengah – tengah suatu tawuran pelajar yang cukup membuat saya trauma.
Saya mengalaminya dua kali.Pertama,
ketika saya sedang berada dalam mobil di daerah Blok A. Di depan mobil saya
tiba-tiba segerombol pelajar SMA berlarian membawa botol miras yang kosong dan
benda-benda tajam lalu menyerang pelajar yang datang diseberang jalan. Waktu
itu mobil saya berhenti karena lampu merah jadi saya bisa langsung menyaksikan
apa yang terjadi. Saya takut mobil saya diserang jadi supir saya berinisiatif
menelepon radio. Kalau yang kedua, sewaktu saya berada di KFC Blok M. Tiba –
tiba anak SMA 70 melawan SMA 6. Hal tersebut mengakibatkan meninggalnya 1 orang
pelajar dari SMA 6. Meski saya hanya bisa melihat sekilas namun saya sudah
was-was karena tidak bisa pergi kemana-mana. Banyak pihak kepolisian.
Tawuran hari ini terjadi di kawasan Warung Jambu, Kota Bogor, Jawa Barat pukul 11.30 WIB. Bentrok
berawal saat truk yang dinaiki satu kelompok massa tertahan lampu merah. Saat
itu pula terjadi penyerangan dari arah belakang dari kubu lawan. Sekitar 40 orang membawa benda tajam. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan
untuk membubarkan massa. Sayangnya tidak ada
satu dari mereka yang berhasil ditangkap polisi. Menurut keterangan saksi yaitu Agung, cukup sering adanya tawuran di daerah tersebut setiap sore. Keterangan saksi menunjukkan kurang adanya tindak pengamanan daerah tersebut dari pihak kepolisian setempat. Padahal kejadian ini pasti membuat masyarakat sekitar resah dan terganggu.
Menurut
saya, pelajar tawuran karena merasa ingin menang baik mengatasnamakan individu,
kelompok maupun sekolah. Ngapain coba? Kenapa tidak membuktikan prestasi nilai
saja?. Itu kan lebih berarti dibanding tawuran yang hanya merugikan diri
sendiri, orang lain serta membuang waktu dan tenaga. Haruslah ada perubahan
pola pikir yang lebih baik pada setiap pelajar baik dari dirinya,
keluarga, pihak sekolah bahkan
kepolisian. Dengan adanya pembinaan khusus seperti pengembangan karakter dan
agama , peraturan serta pengamanan lebih diperketat, sanksi berat yang berlaku,
pasti akan mengurangi tindak tawuran
antar pelajar. Kalau terus dibiarkan maka “ budaya “ tawuran ini akan semakin
merajalela dan merusak karakter anak bangsa menjadi anarkis dan tidak manusiawi.
Sumber : detik.com, Jumat 28 Febuari 2014
Sumber : detik.com, Jumat 28 Febuari 2014
No comments:
Post a Comment