Dugan Iris Iman
Bekerja merupakan sebuah panggilan. Ketika
kita merasa terpanggil, ada kesadaran dan usaha untuk melakukan pekerjaan
tersebut dengan sepenuh hati serta jiwa. Kalimat tersebut cukup menggambarkan
sosok Dugan Iris yang baru saya kenal melalui artikel yang dimuat Kompas, Senin
24 Februari 2014.
Kebanyakan
orang menginginkan profesi dengan gaji besar, menjadi kaya, dll. Hal tersebut berbeda
dengan Dugan Iris ( 47 ). Meski sudah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di
Universitas Kristen Palangkaraya Fakultas Perikanan, ia memilih menjadi seorang
nelayan di Danau Rawet, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Motivasi Dugan menjaga
hutan Danau Rawet menjadi pilihan hidup. Tujuan mulianya untuk menjaga hutan
Danau Rawet dari gangguan pembalak liar, peracun dan penyetrum ikan serta
pemburu satwa sangatlah mengisnpirasi saya. Usaha, waktu dan modal yang dikerahkannya
membuahkan hasil nyata. Tahun 2004 dan 2006 misalnya, sebanyak delapan orang
tertangkap karena menyetrum ikan di danau. Ada 80 petambang emas liar menjadi
takut beroperasi berkat dirinya dan bantuan 14 orang rekannya. Kepolisian Resor
Palangkaraya turut memberi dukungan atas penegakan hukum tersebut dengan
memberikan tindakan tegas kepada tersangka.
Dugan tetap bertanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang ayah dan kepala
rumah tangga walau pendapatannya hanya Rp. 1 juta – Rp. 2 juta. Dugan berhasil
membiayai kedua anaknya untuk berkuliah serta memenuhi kebutuhan rumah tangga.
kecil gaji tidak menghalangi kita untuk tetap berkarya dan bersyukur. Hal
tersebut sudah dibuktikan Dugan Iris.
Sumber : Kompas, Senin 24 Febuari 2014 |
Friday, February 28, 2014
DUGAN IRIS, TERPANGGIL UNTUK DANAU RAWET
PELAJAR TAWURAN LAGI
Tawuran di Bogor, 28/ 02/ 2014 |
Saya kira dengan banyaknya kasus tawuran yang telah
terjadi, pelajar semakin mengetahui konsekuensi akibat tawuran sehingga tidak
ingin melakukannya. Namun perkiraan saya salah. Ketika saya browsing di hp ayah
yang baru membuka laman detik.com, saya melihat kabar mengenai tawuran pelajar
yang baru saja terjadi.
Kalau mendengar berita tentang
tawuran, saya langsung teringat tentang pengalaman saya ketika SMA. Saya pernah
berada ditengah – tengah suatu tawuran pelajar yang cukup membuat saya trauma.
Saya mengalaminya dua kali.Pertama,
ketika saya sedang berada dalam mobil di daerah Blok A. Di depan mobil saya
tiba-tiba segerombol pelajar SMA berlarian membawa botol miras yang kosong dan
benda-benda tajam lalu menyerang pelajar yang datang diseberang jalan. Waktu
itu mobil saya berhenti karena lampu merah jadi saya bisa langsung menyaksikan
apa yang terjadi. Saya takut mobil saya diserang jadi supir saya berinisiatif
menelepon radio. Kalau yang kedua, sewaktu saya berada di KFC Blok M. Tiba –
tiba anak SMA 70 melawan SMA 6. Hal tersebut mengakibatkan meninggalnya 1 orang
pelajar dari SMA 6. Meski saya hanya bisa melihat sekilas namun saya sudah
was-was karena tidak bisa pergi kemana-mana. Banyak pihak kepolisian.
Tawuran hari ini terjadi di kawasan Warung Jambu, Kota Bogor, Jawa Barat pukul 11.30 WIB. Bentrok
berawal saat truk yang dinaiki satu kelompok massa tertahan lampu merah. Saat
itu pula terjadi penyerangan dari arah belakang dari kubu lawan. Sekitar 40 orang membawa benda tajam. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan
untuk membubarkan massa. Sayangnya tidak ada
satu dari mereka yang berhasil ditangkap polisi. Menurut keterangan saksi yaitu Agung, cukup sering adanya tawuran di daerah tersebut setiap sore. Keterangan saksi menunjukkan kurang adanya tindak pengamanan daerah tersebut dari pihak kepolisian setempat. Padahal kejadian ini pasti membuat masyarakat sekitar resah dan terganggu.
Menurut
saya, pelajar tawuran karena merasa ingin menang baik mengatasnamakan individu,
kelompok maupun sekolah. Ngapain coba? Kenapa tidak membuktikan prestasi nilai
saja?. Itu kan lebih berarti dibanding tawuran yang hanya merugikan diri
sendiri, orang lain serta membuang waktu dan tenaga. Haruslah ada perubahan
pola pikir yang lebih baik pada setiap pelajar baik dari dirinya,
keluarga, pihak sekolah bahkan
kepolisian. Dengan adanya pembinaan khusus seperti pengembangan karakter dan
agama , peraturan serta pengamanan lebih diperketat, sanksi berat yang berlaku,
pasti akan mengurangi tindak tawuran
antar pelajar. Kalau terus dibiarkan maka “ budaya “ tawuran ini akan semakin
merajalela dan merusak karakter anak bangsa menjadi anarkis dan tidak manusiawi.
Sumber : detik.com, Jumat 28 Febuari 2014
Sumber : detik.com, Jumat 28 Febuari 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)